Selamat datang di sebuahramasebuahcerita.blogspot.com

Sebuah Rama Sebuah Cerita

Buku Autobiografi milik Ramadhan Setia Nugraha yang dibuat pada saat semester 1 jurusan Jurnalistik UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Profil Dosen UIN SGD Bandung - Drs. Dadan Suherdiana, M.Ag.

Seorang dosen ilmu komunikasi yang saat ini menjadi ketua jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Stand Up Comedy dan Komunikasi

Stand Up Comedy merupakan bentuk dari seni komedi atau melawak yang disampaikan secara monolog kepada penonton

Jurnalisme Online, Imbas Teknologi Modern

Jurnalisme online merupakan kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menyebarluaskan berita/informasi kepada masyarakat umum melalui media massa online

Perkembangan Teknologi dan Komunikasi

Pembuatan portal khusus dalam blog ini diajukan untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Perkembangan Teknologi dan Komunikasi

Sabtu, 30 Maret 2013

Manfaat Menulis menurut ‘Sang Masterpiece’


Hari ini sangat melelahkan pikirku. Akankah setiap harinya aku disibukkan dengan hal-hal seperti ini??? Jika setiap hari seperti ini, aku yakin tubuh berontak dan tak mampu lagi memikul beban. Ibarat mesin yang setiap hari dipaksakan untuk berjalan, maka tubuh pun jika setiap harinya di genjot dengan segala kegiatan fisik, aku yakin tubuh pun akan mengalami penurunan.....entah lah!!! Namun hanya satu pikirku, aku yakin hal ini akan indah pada saatnya nanti.
            Sabtu, 30 Maret 2013. Genap bertambah usiaku di hari ini, tak penting berapa tahun aku hidup di dunia ini, namun yang paling penting apa yang sudah aku lakukan selama ini? Prestasi apa yang sudah aku ukir dalam hidup singkat ini?
jika ingin melihat dunia, baca lah buku, namun jika ingin dikenal dunia, maka menulislah!
Prof Samuh: “Usaha kuncinya!!!”
 Hari ini aku sedang mengikuti acara pelatihan karya tulis ilmiah yang sedang diadakan oleh BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Terhitung sejak kemarin, aku sudah mengikuti 2 hari dalam pelatihan yang sekiranya akan berakhir besok. Dalam pelatihan tersebut aku disadarkan tentang pentingnya menulis, sehingga akhirnya aku menulis tulisan yang tidak berbentuk ini. Bagaikan mimpi di siang bolong, saya bagaikan disadarkan ketika prof samuh mengatakan apa yang sudah kalian lakukan selama kuliah? Bahkan selama hidup? Sudah berapa tulisan yang kalian buat sebagai mahasiswa?
“ibarat petani yang belum pernah mencangkul” begitu katanya. Sama halnya ketika menjadi seorang mahasiswa selama kiprahnya belum pernah menulis. Miris ketika aku tersadar akan usiaku yang bisa di bilang sudah lebih diatas teman-temanku sebaya pada umumnya. Aku belum bisa berbuat apapun terlebih dengan tulisanku yang masih dibilang jauh dari kata ideal.
“jika ingin melihat dunia, baca lah buku....Namun jika ingin dikenal dunia, maka menulislah!!!!” penggalan kata tersebut masih terngiang dikepalaku ketika mulyana selaku ketua BEM-F berbicara dalam sambutannya. Ya kita bisa membuka wawasan kita dengan membaca buku, namun ada yang lebih luar biasa lagi, yaitu dengan menulis. Kita bisa mengukir sejarah dengan tulisan kita. Seseorang yang sudah meninggal dan meninggalkan tulisannya, akan terus dikenang sepanjang masa. Sama halnya dengan ibnu taimiyah yang menulis bukunya ketika di dalam penjara. Justru sampai saat ini tulisannya banyak dicari oleh orang-orang.
Terkadang kita masih meraba dalam hal dan keinginan untuk menulis. “allohumma paksakeun...” begitu kata prof samuh. Kita jangan berfikir tentang bagaimana nantinya tulisan kita akan dibaca oleh orang lain, justru hal tersebut akan membuat kita takut untuk menulis. Seperti tadi Ibnu taimiyah menulis bahkan di dalam penjara yang tentunya ia tidak berfikir siapa yang akan membacanya kelak, namun pada kenyataannya justru tulisannya dicari hingga saat ini.
Kehebatan/manfaat lain dalam menulis seperti yang telah dipaparkan oleh prof samuh akan saya sampaikan disini:
A.      Manfaat Akademis
·         Sarana Pengembangan Ilmu
·         Menginspirasikan diri untuk lebih kreatif tentunya dalam hal menulis
B.      Manfaat Psikologis
·         Mempercepat proses pendewasaan diri
·         Memperoleh kepuasan psikologis
·         Menambah eksistensi diri
·         Mengasah daya kritis dan berfikir sistematis
C.      Manfaat Sosial
·         Masukan gagasan dan pemikiran
·         Alat kontrol independen
·         Pembuka solusi
·         Perekat komunikasi antar komunitas peduli
D.     Manfaat Ekonomis
·         Langsung (keuntungan financial)
·         Tidak Langsung (Media Promosi diri untuk kedepannya)
Begitulah paparan yang langsung di presentasikan oleh Prof. Samuh. Sengaja saya berikan poin-poin singkat supaya ada pertanyaan dalam benak para pembaca supaya kelak menjadi bahan diskusi untuk kedepannya. Semakin semangat saja, tentunya ketika kita sudah berada bahkan baru memulai perjalanan ini. Jangan putus asa kawan!!! Mari kita ukir sejarah bersama-sama!!!(RSN)

Senin, 11 Maret 2013

Pikul Cobek demi Rangkul Cepek


Eneng berjualan cobek di perempatan lampu merah Jalan Turnojoyo
Oleh: Ramadhan S N

Baju merah yang hampir memudar dan celana hijau melekat di tubuhnya. Pun juga rambut  kusam tak tertata rapi serta kulit hitam tersengat matahari, tak menyurutkan semangat gadis berusia 11 tahun yang setiap harinya berjualan cobek di perempatan lampu merah jalan Turnojoyo. Cobek digantung dikedua sisi bambu yang melintang kemudian dipikul pundaknya. Ia rela memikul cobek yang beratnya sekitar 5 kg itu hanya untuk meringankan pekerjaan orang tuanya yang bekerja sebagai buruh tani.  
“Setiap hari setelah pulang sekolah saya berjualan di sini sama teman-teman yang lain” cetus eneng sapaan akrabnya saat ditemui jumat(8/3). Eneng melakukan kegiatan ini setiap hari sehabis pulang sekolah hingga malam hari. Meskipun sudah menjadi pekerjaannya sehari-hari lantas ia tetap mengutamakan sekolah. Jarak tidak menjadi halangan baginya, meskipun ia tinggal di Padalarang, namun terkadnya untuk membantu orang tua tak pernah surut. Acap kali ia membawa cobeknya bersama adiknya. “ini, ujang usianya 6 tahun. Kadang-kadang suka ikutan jualan disini” kata Eneng polos. Ketika ditemui ia sedang berjualan bersama adiknya.
Setiap lampu berwarna merah menyala, Eneng bersama teman-temannya mulai melakukan aksinya mendekati mobil-mobil yang berjajar rapi. Sekedar menawarkan cobek, tak jarang harga cobek yang semula ditawarkan Rp. 30.000 bisa menjadi Rp. 50.000. itu semua karna pembeli merasa iba kepada eneng. “ya ga tentu kadang 50 ribu, kadang 100 ribu kalo rame. Tapi ngga laku juga sering, cuman meskipun ngga laku kadang ada yang suka ngasih” papar Eneng ketika ditanyakan mengenai penghasilannya setiap hari.
Sepasang mata wanita paruh baya itu selalu mengintai gerak-gerik Eneng kemanapun ia melangkah. Pengalaman yang tak mengenakkan pernah dialami Eneng dan teman-temannya seprofesinya. Pernah suatu ketika ia terkena razia Satpol PP pada sabtu malam. Setelah kejadian itu setiap hari ia berjualan di temani ibunya yang terus mengawasinya dari jauh, berharap agar kejadian itu bisa di antisipasi dan tak terulang kembali.
“pengen jadi orang sukses biar bisa bantu orang tua” kata eneng ketika ditanya harapannya kedepan. Sekolah tetap menjadi prioritas utamanya, namun jualan cobek juga tak pernah ia tinggalkan sekedar untuk memenuhi kebutuhannya. Tak ada sedikitpun guratan rasa lelah diwajahnya, senyumnya yang mengembang seakan menjadi pelipur lara bagi orang lain. Tak ingin dikasihani Eneng terlihat ikhlas menjalani pekerjaannya itu. Ia pun kembali beranjak berjualan setelah ibunya mondar-mandir melihatnya berbicara dengan orang asing.
             

sebuahramasebuahcerita.blogspot.com. Diberdayakan oleh Blogger.