Drs. Dadan Suherdiana, M.Ag. |
Profil Dosen UIN SGD Bandung
Drs. Dadan Suherdiana, M.Ag. Pria ini
lahir pada tanggal 2 Februari 44 tahun silam di Tasikmalaya. Saat ini ia
tinggal bersama sang istri yang telah dinikahinya sejak tanggal 18 Juli 1993 bernama
Rina Herlina, dan 3 orang anak bernama Adira Dzulhijjiana Putri, Muhammad Adli
Salsabila dan Arsyi Rizkia Nurfadila di Jl. Ahmad Yani Babakan Tangsi No.47
Cicaheum, Bandung. Pria ini adalah anak ke-3 dari 8 bersaudara yang lahir dari
pasangan Bapak H. Mansyur dan Ibu Hj. Hafsah.
Riwayat pendidikan pria yang memiliki
hobi membaca ini pertama kali sekolah di SD Suka Senang 1 Singaparna, kemudian dilanjutkan
ke SMP Negeri 1 Cipasung Singaparna, lalu SMA dilanjutkan ke Madrasah Aliyah
Negeri Cipasung Tasikmalaya, dan Perguruan tinggi IAIN menjadi pilihannya pada
waktu itu. Ia mengambil prodi jurusan Dakwah di fakultas Ushulludin. Prestasi
ketika masa sekolahnya dulu cukup membanggakan diantaranya yaitu ketika SMP Ia
sering mendapatkan rangking minimal 3 besar, selain itu ketika lulus di MAN
Cipasung Ia menjadi siswa yang termasuk mendapatkan nila NEM tertinggi, dan
yang lebih membanggakan lagi ketika di Perguruan tinggi Ia menjadi Wisudawan
terbaik pada tahun 1992.
Karirnya di dunia dosen berawal dari keikutsertaannya
dalam program pembibitan dosen yang dilakukannya setelah lulus menjadi sarjana
IAIN pada tahun 1992. Pembibitan dosen itu dimulai selang satu bulan setelah Ia
diwisuda pada bulan Maret. Bulan April masuk karantina pembibitan calon dosen di Jakarta selama 9
bulan. Selama dikarantina Ia mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan
B.Inggris di ITB (Institut Teknologi Bandung) dan mendapatkan sertifikat Basic
English Language. Akhirnya Ia diangkat menjadi dosen seiring dengan keluarnya
SK dosen pada tanggal 1 maret 1993 di Fakultas Ushulludin, namun karena pada
saat itu ada perubahan dari jurusan dakwah menjadi Fakultas Dakwah, jadi Ia
dipindah untuk menjadi dosen di Fakultas Dakwah.
Sebenarnya Ia memiliki cita-cita
menjadi seorang dokter, tidak ada keinginan sedikitpun menjadi seorang dosen
kala itu. Ketika sekolah menengah atas dulu Ia menyukai pelajaran Biologi,
sehingga keinginannya menjadi dokter semakin menggebu-gebu. Selain menjadi
dokter Ia memiliki keinginan untuk menjadi seorang mubaligh atau kiyai sambil
berwirausaha, karena saudara-saudaranya kebanyakan berprofesi sebagai Pedagang.
Namun, karena pada tahun 1992 ada program pembibitan menjadi seorang dosen,
maka Ia ‘banting stir’ untuk megikutinya dan pada akhirnya hal itulah yang
membwanya kini berhasil menjadi dosen
UIN SGD BDG.
Mata kuliah yang Ia pegang memang
cukup banyak, dari awal karirnya menjadi seorang dosen terhitung sudah sekitar
10 lebih mata kuliah yang Ia pegang. Ketika pertama kali Ia diangkat menjadi
seorang dosen Ia mengajar mata kuliah Metodologi Dakwah dan Filsafat Dakwah,
kemudian Ilmu Alamiah Dasar. Kemudian pada tahun 1994 Ia ditunjuk menjadi dosen
Ilmu Jurnalistik yang pada akhirnya mata kuliah ‘ampuh’ ini menjadi mata kuliah
yang paling sering Ia pegang. Selain itu Ia juga menjadi salah satu dosen Mata
Kuliah B. Inggris karena Ia pernah mendapatkan sertifikat pelatihan bahasa
Inggris di ITB dan Masih banyak lagi mata kuliah yang pernah ia ajarkan.
Prestasinya menjadi dosen pun sangat membanggakan terbukti dengan prestasinya
sebagai pegawai Bintang Satya Lencana 10 tahun dari Presiden. Selain itu, pada
tahun 1998 Ia pernah diangkat menjadi sekertais jurusan ilmu jurnalistik sampai
pada akhirnya mengantarkan Ia menjadi Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi dan
sekarang Ia menjabat sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Kegiatan sehari-hari bapak 3 orang
anak ini selain menjadi seorang dosen yaitu menjadi seorang Mubaligh di
lingkungan rumahnya. Meskipun belum sepenuhnya menjadi seorang mubaligh Ia
sudah menginfakkan waktunya dari Ashar sampai malam hari untuk kegiatan sosial
keagamaan di masyarakat. Pengabdiannya kepada masyarakat itu dilakukan
semata-mata untuk kesejahteraan masyarakat lingkungannya. Ia memiliki masjid
dan kebetulan punya Majelis Ta’lim yang Ia kelola. Banyak kegiatan keagamaan
yang sering dilakukan termasuk kegiatan Insidental sperti pengurusan jenazah,
bayi yang baru dilahirkan dan sebagainya. Jadi jika dilihat dari kegiatan
sehari-harinya Pria yang memiliki kumis tebal ini memang secara tidak langsung
yang memiliki cita-cita menjadi seorang Mubaligh itu sedikitnya sudah tercapai.
Cerita yang paling berkesan selama
menjadi dosen adalah ketika Ia bertemu dengan
alumni yang sudah berhasil dengan profesinya sesuai dengan bidang
kajiannya. Menurutnya kesan itu sangat membanggakan, mungkin bagi orang lain
tidak tapi baginya hal itu adalah sesuatu yang sangat berkesan sebagai seorang
dosen. Maka dari itu setiap ada reuni para Alumni Ia selalu menyempatka waktu
untuk datang dan bersilaturahmi.
Ketika
disinggung mengenai kiprah UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Ia menilai perjalanan
UIN Bandung sudah lebih maju dan berkembang ketimbang pertama kali Ia datang ke
UIN yang memang sudah sangat tertinggal
dibandingkan dengan yang sekarang.
Ia
berpesan kepada seluruh pembaca bahwa, kita kadang-kadang melihat orang lain
tanpa melihat diri kita. Artinya kita harus menjadi diri kita sendiri atau
ungkapan dalam bahasa inggrisnya “Be Your Self”. Kita jangan hanya melihat ke
atas saja tanpa melihat ke bawah, seharusnya kemampuan kitalah yang dijadikan
motivasi untuk berkreatifitas.
Pria ini
memiliki motto hidup Kejujuran adalah Kebijaksanaan yang terbaik, karena amanat
yang paling Ia ingat dari orang tuanya yaitu tentang kejujuran. Maka dari itu
Ia sangat menjunjung tinggi tentang arti sebuah nilai kejujuran. Ia memiliki
harapan kedepan dengan kehidupan yang lebih bahagia dan meninggal dalam keadaan
Khusnul Khatimah. Jalannya dengan cara menjadi orang baik dari awal sampai
akhir, bukan hanya di akhir saja.
beruntung pernah menjadi mahasiswi yang dibimbing beliau. :)
BalasHapus