Selamat datang di sebuahramasebuahcerita.blogspot.com

Senin, 24 Desember 2012

Drs. Dadan Suherdiana, M.Ag.


Drs. Dadan Suherdiana, M.Ag.
Profil Dosen UIN SGD Bandung


Drs. Dadan Suherdiana, M.Ag. Pria ini lahir pada tanggal 2 Februari 44 tahun silam di Tasikmalaya. Saat ini ia tinggal bersama sang istri yang telah dinikahinya sejak tanggal 18 Juli 1993 bernama Rina Herlina, dan 3 orang anak bernama Adira Dzulhijjiana Putri, Muhammad Adli Salsabila dan Arsyi Rizkia Nurfadila di Jl. Ahmad Yani Babakan Tangsi No.47 Cicaheum, Bandung. Pria ini adalah anak ke-3 dari 8 bersaudara yang lahir dari pasangan Bapak H. Mansyur dan Ibu Hj. Hafsah.
Riwayat pendidikan pria yang memiliki hobi membaca ini pertama kali sekolah di SD Suka Senang 1 Singaparna, kemudian dilanjutkan ke SMP Negeri 1 Cipasung Singaparna, lalu SMA dilanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri Cipasung Tasikmalaya, dan Perguruan tinggi IAIN menjadi pilihannya pada waktu itu. Ia mengambil prodi jurusan Dakwah di fakultas Ushulludin. Prestasi ketika masa sekolahnya dulu cukup membanggakan diantaranya yaitu ketika SMP Ia sering mendapatkan rangking minimal 3 besar, selain itu ketika lulus di MAN Cipasung Ia menjadi siswa yang termasuk mendapatkan nila NEM tertinggi, dan yang lebih membanggakan lagi ketika di Perguruan tinggi Ia menjadi Wisudawan terbaik pada tahun 1992.
Karirnya di dunia dosen berawal dari keikutsertaannya dalam program pembibitan dosen yang dilakukannya setelah lulus menjadi sarjana IAIN pada tahun 1992. Pembibitan dosen itu dimulai selang satu bulan setelah Ia diwisuda pada bulan Maret. Bulan April masuk karantina  pembibitan calon dosen di Jakarta selama 9 bulan. Selama dikarantina Ia mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan B.Inggris di ITB (Institut Teknologi Bandung) dan mendapatkan sertifikat Basic English Language. Akhirnya Ia diangkat menjadi dosen seiring dengan keluarnya SK dosen pada tanggal 1 maret 1993 di Fakultas Ushulludin, namun karena pada saat itu ada perubahan dari jurusan dakwah menjadi Fakultas Dakwah, jadi Ia dipindah untuk menjadi dosen di Fakultas Dakwah.
Sebenarnya Ia memiliki cita-cita menjadi seorang dokter, tidak ada keinginan sedikitpun menjadi seorang dosen kala itu. Ketika sekolah menengah atas dulu Ia menyukai pelajaran Biologi, sehingga keinginannya menjadi dokter semakin menggebu-gebu. Selain menjadi dokter Ia memiliki keinginan untuk menjadi seorang mubaligh atau kiyai sambil berwirausaha, karena saudara-saudaranya kebanyakan berprofesi sebagai Pedagang. Namun, karena pada tahun 1992 ada program pembibitan menjadi seorang dosen, maka Ia ‘banting stir’ untuk megikutinya dan pada akhirnya hal itulah yang membwanya kini  berhasil menjadi dosen UIN SGD BDG.
Mata kuliah yang Ia pegang memang cukup banyak, dari awal karirnya menjadi seorang dosen terhitung sudah sekitar 10 lebih mata kuliah yang Ia pegang. Ketika pertama kali Ia diangkat menjadi seorang dosen Ia mengajar mata kuliah Metodologi Dakwah dan Filsafat Dakwah, kemudian Ilmu Alamiah Dasar. Kemudian pada tahun 1994 Ia ditunjuk menjadi dosen Ilmu Jurnalistik yang pada akhirnya mata kuliah ‘ampuh’ ini menjadi mata kuliah yang paling sering Ia pegang. Selain itu Ia juga menjadi salah satu dosen Mata Kuliah B. Inggris karena Ia pernah mendapatkan sertifikat pelatihan bahasa Inggris di ITB dan Masih banyak lagi mata kuliah yang pernah ia ajarkan. Prestasinya menjadi dosen pun sangat membanggakan terbukti dengan prestasinya sebagai pegawai Bintang Satya Lencana 10 tahun dari Presiden. Selain itu, pada tahun 1998 Ia pernah diangkat menjadi sekertais jurusan ilmu jurnalistik sampai pada akhirnya mengantarkan Ia menjadi Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi dan sekarang Ia menjabat sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Kegiatan sehari-hari bapak 3 orang anak ini selain menjadi seorang dosen yaitu menjadi seorang Mubaligh di lingkungan rumahnya. Meskipun belum sepenuhnya menjadi seorang mubaligh Ia sudah menginfakkan waktunya dari Ashar sampai malam hari untuk kegiatan sosial keagamaan di masyarakat. Pengabdiannya kepada masyarakat itu dilakukan semata-mata untuk kesejahteraan masyarakat lingkungannya. Ia memiliki masjid dan kebetulan punya Majelis Ta’lim yang Ia kelola. Banyak kegiatan keagamaan yang sering dilakukan termasuk kegiatan Insidental sperti pengurusan jenazah, bayi yang baru dilahirkan dan sebagainya. Jadi jika dilihat dari kegiatan sehari-harinya Pria yang memiliki kumis tebal ini memang secara tidak langsung yang memiliki cita-cita menjadi seorang Mubaligh itu sedikitnya sudah tercapai.
Cerita yang paling berkesan selama menjadi dosen adalah ketika Ia bertemu dengan  alumni yang sudah berhasil dengan profesinya sesuai dengan bidang kajiannya. Menurutnya kesan itu sangat membanggakan, mungkin bagi orang lain tidak tapi baginya hal itu adalah sesuatu yang sangat berkesan sebagai seorang dosen. Maka dari itu setiap ada reuni para Alumni Ia selalu menyempatka waktu untuk datang dan bersilaturahmi.
            Ketika disinggung mengenai kiprah UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Ia menilai perjalanan UIN Bandung sudah lebih maju dan berkembang ketimbang pertama kali Ia datang ke UIN  yang memang sudah sangat tertinggal dibandingkan dengan yang sekarang.
            Ia berpesan kepada seluruh pembaca bahwa, kita kadang-kadang melihat orang lain tanpa melihat diri kita. Artinya kita harus menjadi diri kita sendiri atau ungkapan dalam bahasa inggrisnya “Be Your Self”. Kita jangan hanya melihat ke atas saja tanpa melihat ke bawah, seharusnya kemampuan kitalah yang dijadikan motivasi untuk berkreatifitas.
            Pria ini memiliki motto hidup Kejujuran adalah Kebijaksanaan yang terbaik, karena amanat yang paling Ia ingat dari orang tuanya yaitu tentang kejujuran. Maka dari itu Ia sangat menjunjung tinggi tentang arti sebuah nilai kejujuran. Ia memiliki harapan kedepan dengan kehidupan yang lebih bahagia dan meninggal dalam keadaan Khusnul Khatimah. Jalannya dengan cara menjadi orang baik dari awal sampai akhir, bukan hanya di akhir saja.    

1 komentar:

sebuahramasebuahcerita.blogspot.com. Diberdayakan oleh Blogger.