![]() |
Eneng berjualan cobek di perempatan lampu merah Jalan Turnojoyo |
Oleh: Ramadhan S N
Baju merah yang hampir memudar dan
celana hijau melekat di tubuhnya. Pun juga rambut kusam tak tertata rapi serta kulit hitam
tersengat matahari, tak menyurutkan semangat gadis berusia 11 tahun yang setiap
harinya berjualan cobek di perempatan lampu merah jalan Turnojoyo. Cobek digantung
dikedua sisi bambu yang melintang kemudian dipikul pundaknya. Ia rela memikul
cobek yang beratnya sekitar 5 kg itu hanya untuk meringankan pekerjaan orang
tuanya yang bekerja sebagai buruh tani.
“Setiap hari setelah pulang sekolah
saya berjualan di sini sama teman-teman yang lain” cetus eneng sapaan akrabnya
saat ditemui jumat(8/3). Eneng melakukan kegiatan ini setiap hari sehabis
pulang sekolah hingga malam hari. Meskipun sudah menjadi pekerjaannya
sehari-hari lantas ia tetap mengutamakan sekolah. Jarak tidak menjadi halangan
baginya, meskipun ia tinggal di Padalarang, namun terkadnya untuk membantu
orang tua tak pernah surut. Acap kali ia membawa cobeknya bersama adiknya.
“ini, ujang usianya 6 tahun. Kadang-kadang suka ikutan jualan disini” kata
Eneng polos. Ketika ditemui ia sedang berjualan bersama adiknya.
Setiap lampu berwarna merah menyala,
Eneng bersama teman-temannya mulai melakukan aksinya mendekati mobil-mobil yang
berjajar rapi. Sekedar menawarkan cobek, tak jarang harga cobek yang semula
ditawarkan Rp. 30.000 bisa menjadi Rp. 50.000. itu semua karna pembeli merasa
iba kepada eneng. “ya ga tentu kadang 50 ribu, kadang 100 ribu kalo rame. Tapi
ngga laku juga sering, cuman meskipun ngga laku kadang ada yang suka ngasih”
papar Eneng ketika ditanyakan mengenai penghasilannya setiap hari.
Sepasang mata wanita paruh baya itu
selalu mengintai gerak-gerik Eneng kemanapun ia melangkah. Pengalaman yang tak
mengenakkan pernah dialami Eneng dan teman-temannya seprofesinya. Pernah suatu
ketika ia terkena razia Satpol PP pada sabtu malam. Setelah kejadian itu setiap
hari ia berjualan di temani ibunya yang terus mengawasinya dari jauh, berharap
agar kejadian itu bisa di antisipasi dan tak terulang kembali.
“pengen jadi orang sukses biar bisa
bantu orang tua” kata eneng ketika ditanya harapannya kedepan. Sekolah tetap
menjadi prioritas utamanya, namun jualan cobek juga tak pernah ia tinggalkan
sekedar untuk memenuhi kebutuhannya. Tak ada sedikitpun guratan rasa lelah
diwajahnya, senyumnya yang mengembang seakan menjadi pelipur lara bagi orang
lain. Tak ingin dikasihani Eneng terlihat ikhlas menjalani pekerjaannya itu. Ia
pun kembali beranjak berjualan setelah ibunya mondar-mandir melihatnya
berbicara dengan orang asing.
0 komentar:
Posting Komentar